

Mereka menuduh anak itu seorang penyihir yang mempunyai kekuatan jahat dan meminta anak kecil itu untuk mencabut lidi yang tertancap di tanah.īawang Putih was not a greedy girl. Satu persatu penduduk desa mencobanya bahkan seluruh penduduk desa termasuk anak-anak kecil datang ke tempat itu mencobanya dan gagal. Mendengar perkataan anak kecil itu, semua orang di desa itu mencoba untuk menarik lidi itu keluar dari tanah. Dia berkata kepada semua orang yang ada bahwa taka da satupun yang bisa mencabut lidi itu dari tanah karena semua penduduk desa itu sombong. Kemudian dia menancapkan sebuah lidi ke dalam tanah desa itu. Anak kecil yang malang itu pergi dengan rasa marah. Semua orang yang hadir di sana pun menertawakannya dan melemparinya dengan batu. Namun, dia malah diusir oleh sang tuan rumah. Dia pun mendatangi perayaan itu dan meminta makanan kepada sang tuan rumah. Sementara ia melewati desa, ia melihat banyak orang berkumpul di lapangan. Anak kecil malang itu pun melanjutkan perjalanannya. Ketika anak itu ingin pergi, dia memberi nenek itu “lesung”, sebuah mortir kayu besar untuk menumbuk padi. Kemudian anak kecil itu memakan makanan pemberian nenek tua itu. Dia memberi anak kecil yang malang itu beberapa makan. Namun tiba-tiba datanglah seorang wanita tua yang baik hati. They accused the child as a witch who had the power of evil and asked the little boy to pull out a stick stuck in the ground. One by one the villagers tried even the entire villages including small children came to the place but they failed. Hearing the words of the little boy, everyone in the village was trying to pull the stick out of the ground. He told everyone there that there will no one could revoke the stick from the ground because all the villagers were arrogant. Then he plugged a stick into the ground in the village. All the people there were laughing at him and stoned him. He went to the celebration and asked for food to the host. While he was passing through the village, he saw many people gathered in the field and had a big party there. Afterwards, the poor little boy continued his way. When he wanted to go, he gave the old woman “Lesung”, a large wooden mortar for pounding rice.

And then the little boy ate the food given by the old woman. She gave that poor little boy a few meals. Ibu tiri yang jahat kembali ke istana dan bertanya kepada cermin, "Cermin! Cermin di dinding! Siapa yang tercantik dari mereka semua? "Jawab Cermin," Kamu, Yang Mulia! "Dan dia sangat senang.īut suddenly, there came an old woman who was kind. Si penyihir jahat menawarinya apel dan ketika ia mengigit sedikit bagian dari apel tersebut Putri Salju jatuh dan akhirnya ter tidur nyenyak. Dia mengetuk pintu pondok dan berkata "Wahai anak kecil! Biarkan aku masuk! Lihat apa yang saya punya untuk (diberikan kepada) Anda! "Kata Putri salju," Saya sangat menyesal, wanita tua, saya tidak boleh membiarkan Anda masuk! Tujuh kurcaci telah mengatakan kepada saya untuk tidak berbicara dengan orang asing! "Tapi kemudian, Putri Salju melihat apel merah mengkilap, dan membuka pintu. Lalu ia menyamar sebagai seorang wanita petani tua dan pergi ke hutan dengan apel. Dia sekarang membuat ramuan beracun dan mencelupkan apel merah mengkilap ke dalamnya. Dia sebenarnya adalah seorang penyihir yang tahu bagaimana membuat ramuan sihir. Cermin menjawab, Putri salju adalah yang tercantik dari mereka semua! Dia tinggal dengan tujuh kurcaci di hutan! "Si ibu tiri jahat sangat marah.
